BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada dasarnya penjualan terbagi dalam tiga jenis yaitu
penjualan tunai, penjualan kredit (cicilan), dan penjualan konsinyasi.
Penjualan secara tunai adalah penjualan yang dilakukan dengan cara mewajibkan
pembeli melakukan pembayaran barang terlebih dahulu sebelum barang yang dipesan
diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli tersebut. penjualan kredit (cicilan)
adalah penjualan dilakukan dengan mennyerahkan barang yang dipesan, dimana
perusahan hanya menerima sebagian harga barang yang dibayarkan dan sisanya
diangsur sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh penjual. penjualan
konsinyasi adalah penjualan yang dilakukan dengan cara menitipkan barang kepada
pihak lain atau penjualan konsinyasi juga sering disebut dengan penjualan
titipan.
Penjualan cicilan adalah penjualan yang
dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap.
Profit adalah salah satu tujuan umum setiap perusahaan dan salah satu langkah
untuk mewujudkannya adalah dengan meningkatkan volume penjualan dengan
penjualan yang pembayarannya secara bertahap.
Hal ini akan menarik bagi para konsumen
karena akan mendapatkan keringanan dalam pembayarannya. Namun penjualan dengan
metode ini akan didampingi oleh risiko yang besar karena pembayarannya
dilakukan beberapa periode di masa yang akan datang sehingga menimbulkan ketidakpastian.
Rumusan Masalah
1.
Jaminan bagi pihak
penjual
2.
Metode penetapan laba kotor pada penjualan cicilan
3.
Metode cicilan
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui dan memahami mengenai jaminan bagi
pihak penjual
2. Untuk
mengetahui dan memahami mengenai metode penetapan laba kotor pada penjualan cicilan
3.
Untuk mengetahui dan memahami mengenai metode cicilan
Manfaat Penulisan
Agar mahasiswa maupun orang-orang yang
membaca makalah ini dapat bertambah ilmunya, menambah informasi serta wawasan
terkait penjualan cicilan yang akan dibahas pada bab selanjutnya.
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Penjualan Cicilan
Penjualan cicilan adalah penjualan
barang atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayaran
dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa
diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment) sebagai
pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena
penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang
penjulannya, maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang
belum diterimanya.
Penjualan cicilan dapat menimbulkan
pertanyaan mengenai pola yang layak dari penetapan pendapatan. Pendapatan ini
biasanya ditetapkan atas dasar akrual dalam periode dimana penjualan itu
terjadi dalam kontrak yang tidak dipaksakan untuk harus diterima, kemudia
perkiraan penagihan yang diterima pada periode yang panjang berada dalam
ketidakpastian sehingga disarankan agar penetapan pendapatan ditunda sampai
probabilitas penagihan dapat diperkirakan dengan layak.
Jaminan Bagi Pihak Penjual
Dengan metode penagihan yang berkisar
sampai 3 tahun atas penjualan harta benda tak-gerak pribadi, pihak penjual
biasanya berusaha melindungi diri dan memperoleh jaminan kalau pihak pembeli
gagal untuk menyelesaikan pembayaran menurut kontrak. Jika harta benda
tak-gerak pribadi dijual, maka risiko kerugian karena kegagalan pihak pembeli
menyelesaikan kontrak dapat diminimisasi dengan pemilikan kembali atas harta
benda tersebut. Untuk melengkapi penjualan kredit barang-barang dengan proteksi
ini, berbagai macam perangkat telah dikembangkan, seperti perjanjian, tugas
hipotik barang bergerak, chattel trust,
akta perwalian, faktor hak gadai, equipment
trust, penjualan bersyarat, dan trust
receipt. Dewasa ini, perbedaan tradisional diantara perangkat-perangkat surat
berharga, yang sangat didasarkan pada bentuknya, tidak dipertahankan lebih lama
lagi. Sebagai gantinya, Artikel 9 dan Uniform
Commercial Code menetapkan bentuk “bunga surat berharga” dan menggambarkan
hak-hak dari kreditor, debitor dan pihak ketiga terhadap bunga surat berharga
tersebut (tanpa memandang pada perjanjian yang telah dipilih pihak-pihak
tersebut).
Walaupun pihak penjual mampu memiliki
kembali harta benda yang dimaksud dalam hal kontrak tidak dibayar oleh pihak
pembeli, namun kerugian dalam menyelenggarakan kontrak penjualan cicilan dapat
besar. Kontrak penjualan cicilan, yang menawarkan persetujuan kredit yang
longgar, dapat menarik banyak konsumenm yang risiko kreditnya tinggi.
Di samping itu dalam pembayaran dengan
periode yang panjang, kemampuan pelanggan atau konsumen untuk membayar mungkin
saja berubah. Penyusutan atau keusangan barang-barang yang dijual dapat
melebihi jumlah pembayaran yang dilakukan, dan barang-barang yang terkena
pemilikan kembali mungkin nilainya tidak sebesar saldo kontrak yang belum
bayar. Pemilikan kembali itu sendiri dapat menjadi proses yang mahal. Lagipula,
penjualan dengan dasar cicilan berarti pengeluaran biaya pembukuan dan
penagihan yang kontinu dan dalam hal-hal tetentu, biaya pelayanan dan reparasi
yang harus ditanggung oleh pihak penjual mungkin besar jumlahnya. Itulah
faktor-faktor yang harus dipertimbangkan oleh pihak penjual dalam menetapkan
kebijakan penjualan cicilan.
Dalam upaya untuk mengurangi atau
menghindari kerugian pemilikan kembali, pihak penjual harus mempertimbangkan
tindakan pencegahan sebagai berikut:
(1)
Uang muka yang ditetapkan harus
cukup besar untuk menutup penurunan nilai barang karena perubahannya dari
barang “baru” menjadi barang “bekas”.
(2)
Periode pembayaran cicilan harus
tidak terlalu lama atau panjang, sebaiknya tiap bulan.
(3)
Pembayaran cicilan berkala tidak
harus melebihi penurunan nilai barang yang terjadi di antara pembayaran
berkala. Apabila nilai barang ini melebihi saldo kontrak yang belum dibayar,
maka pihak pembeli segan untuk tidak memenuhi
kontrak.
Pihak penjual biasanya melindungi diri
dan memperoleh jaminan kalau pihak pembeli gagal untuk menyelesaikan pembayaran
menurut kontrak. Jika harta pribadi dijual, maka resiko kerugian karena
kegagalan pihak pembeli menyelesaikan kontrak dapat diminimasi dengan
pemilikian kembali atas harta benda tersebut.
Untuk mengurangi barang angsuran
tersebut dari resiko terbakar atau hilang, pihak penjual dapat menetapkan
syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan untuk
kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh pembeli, jika barang
angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada
penjual dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli
diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan premi
auransi atas tanggungan si pembeli.
Jadi untuk melindungi kepentingan penjual
dari kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka
terdapat beberapa bentuk perjanjian atau kontrak Penjualan cicilan, sebagai
berikut :
·
Perjanjian penjualan bersyarat
(conditional sales contract), di mana barang-barang telah diserahkan, tetapi
hak atas barang-barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh
pembayarannya sudah lunas.
·
Pada saat perjanjian ditandatangani
dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada
pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga
penjualan yang belum dibayar kapada si penjual.
·
Hak milik atas barang-barang untuk
sementara diserahkan kepada suatu badan “trust” (trustee) sampai pembayaran
harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee
menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada
pembeli.
·
Perjanjian semacam ini dilakukan
dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).
·
Beli sewa (lease-purchase) dimana
barang-barang yang telah diserahkan kepada pembeli. Pembayaran angsuran
dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu
hak milik berpidah kepada pembeli
Metode Penetapan Laba Kotor Pada Penjualan Cicilan
Ada 2 pendekatan
yang diambil pada penetapan laba kotor atau penjualan cicilan :
1.
Laba kotor dapat dikaitkan dengan periode penjualan
yang terjadi.
2.
Laba kotor dapat dikaitkan dengan periode penagihan
per kas atau kontrak cicilan.
1. Laba Kotor dalam Periode Penjualan
Laba kotor dapat kita tetapkan pada
saat penjualan, saat dimana barang – barang ditukarkan dengan klaim yang secara
hukum dapat dipaksakan terhadap pelanggan atau konsumen. Prosedur ini
membutuhkan penetapan semua beban yang menyangkut penyelenggaraan penjualan
piutang tak tertagih, pada saat penjualan.
Hal ini dilakukan dengan jalan mendebet
perkiraan beban yang bersangkutan dan dengan mengkredit penyisihan untuk beban
yang diantisipasi. Penetapan laba kotor atas
penjualan
dalam periode di mana penjualan itu terjadi relatif mudah diterapkan dan sehat
dari sudut teori.
2. Penetapan Laba Kotor dalam Periode Penagihan Per Kas
Prosedur penetapan laba kotor dalam
periode penagihan perkas adalah sebagai berikkut :
(1)
Penagihan dipandang sebagai perolehan
kembali harga pokok. Penagihan per kas atas kontrak
penjualan cicilan terutama menyatakan perolehan kembali harga pokok. Setelah
harga pokok diperoleh kembali, maka semua penagihan berikutnya dianggap sebagai
laba. Prosedur ini dalam banyak hal sangat komservatif. Dapat didukung jika
timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik yang
berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang berkaitan dengan
barang-barang yang terkena pemilikan kembali.
(2)
Penagihan dipandang sebagai
realisasi laba. Penagihan dapat dipandang terutama sebagai realisasi
laba kotor atas kontrak penjualan cicilan. Setelah seluruh laba atas transaksi
ditetapkan, maka semua penagihan per kas berikutnya dianggap sebagai perolehan
kembali harga pokok. Prosedur dalam banyak hal dipandang tidak begitu
konservatif ditilik dari kemungkinan, bahwa ketidakmampuan membayar dan
pemilikan kembali atas masa laku kontrak
(3)
Penagihan
dipandang sebagai perolehan kembali harga pokok dan realisasi laba. Setiap
penagihan atas kontrak penjualan cicilan dianggap, baik sebagai perolehan
kembali harga pokok maupun sebagai realisasi laba dalam rasio di mana kedua
faktor ini terdapat dalam harga jual awal. Metode ini dimaksudkan untuk
membagikan laba kotor penjualan cicilan atas masa laku kontrak cicilan. Biaya
yang kontinu atas kontrak cicilan sebanding dengan laba kotor yang ditetapkan
dalam periode berturut-turut; kegagalan yang mungkin untuk merealisasi seluruh
jumlah laba kotor, dalam pihak pembeli tidak mampu untuk membayar, harus diperhitungkan.
Pada metode bagian ketiga diatas,
mengharuskan penetapan laba kotor sebanding dengan penagihan, disebut sebagai
akuntansi dengan metode atau dasar cicilan. Apabila laba kotor dipandang
sebagai kontingen pada penagihan per kas, maka penetapan laba kotor atas
keseluruhan periode penagihan dapat didukung dibandingkan dengan prosedur
alternatif tersebut.
Metode Cicilan
Pada metode cicilan dalam perkiraan, maka
selisih antara harga jual kontrak dan harga pokok penjualan dicatat sebagai
laba kotor yang ditangguhkan. Saldo ini ditetapkan sebagai pendapatan, yang
secara berkala membandingkan periode penagihan uang kas terhadap harga jual.
Dengan kata lain, prosentase laba kotor awal atas penjualan diperhitungkan pada
penagihan berkala untuk menentukan jumlah yang harus ditetapkan sebagai
pendapatan.
Pada tiap akhir periode saldo laba kotor
yang ditangguhkan,yang masih terdapat dalam buku – buku sama dengan persentase
laba kotor yang diperhitungkan atas saldo piutang cicilan pada tanggal itu.
Penangguhan laba kotor, pada dasarnya menyatakan penangguhan hasil penjualan
yang disertai dengan penangguhan harga pokok penjualan. Penangguhan laba kotor
dapat menyatakan penangguhan biayayang dikeluarkan dalam promosi penjualan
cicilan.
Akuntansi dengan metode cicilan biasanya
berarti penangguhan laba kotor tetapi penetapan biaya penjualan dari
administrasi dalam periode pengeluarannya. Metode cicilan yang melaporkan laba
kotor, dapat digunakan untuk tujuan pajak penghasilan dalam harta benda
tak-gerak pribadi, oleh agen–agen penjual yang secara teratur melakukan rencana
penjualan cicilan.
A. Penjualan Harta Benda Tak-Gerak dengan Dasar Cicilan
Asumsikan bahwa pada tanggal 1 Oktober
1986, Westwood Realty Co. menjual harta benda miliknya, yang nilai bukunya
sebesar $30.000, kepada
S.F.West dengan harga
$50.000. Perusahaan ini menerima per kas $10.000 pada
tanggal itu untuk penjualan ini dari wesel hipotik sebesar $40.000 yang dapat
dibayar dalam 20 kali cicilan semesteran @$2.000 ditambah bunga 12% atas pokok
yang belum dibayar. Komisi dan biaya lainnya atas penjualan ini berjumlah
$1.500 dibayar. Cicilan reguler pokok dan bunga atas wesel hipotik diterima
oleh pihak penjual dalam tahun berikutnya, tahun 1987. Ayat – ayat jurnal
dibawah ini akan tercantum dalam buku perusahaan (buku pihak penjual) jika:
1. Laba kotor
ditetapkan dalam periode penjualan.
2. Laba kotor
ditetapkan berkala yang sebanding denganpenagihan.
Jika ternyata pembayaran kontrak tidak
dipenuhi, maka pihak penjual mengambil tindakan untuk memiliki kembali harta
benda yang telah dijual. Ayat jurnal yang harus disusun pada pemilikan kembali
hartabenda tersebut tergantung pada metode yang digunakan. Dalam mencatat laba
atas penjualan. Jika laba atas penjualan ditetapkan pada waktu penjualan
terjadi, maka ayat jurnal harus menunjukkan perolehan kembali harta benda
ini menurut nilai pasar, pembatalan saldo klaim terhadap
pihak pembeli, dan keuntungan atau kerugian dari pemilikan kembali harta benda tersebut.
Jika laba ditetapkan dengan metode
cicilan, maka pembatalan saldo klaim terhadap pihak pembeli harus disertai
dengan pembatalan saldo laba kotor yang ditangguhkan; harta benda masih dicatat
dengan nialipasar wajarnya, tetapi keuntungan atas kerugian atas pemilikan
kembali diukur dengan selisih antara pos harta benda yang ditetapkan dan saldo
kontrak cicilan yang dibatalkan.
Transaksi
|
Ayat Jurnal
|
|
Laba dalam periode penjualan
|
Laba dalam periode pembayaran
diterima
|
|
1 Oktober1986
Dijual gedung nilai buku
$30.000 dengan harga $ 50.000
|
Piutang $ 50.000
Gedung $ 30.000 Keuntungan atas
Penjualan $
20.000
|
Piutang $ 50.000
Gedung $ 30.000 Laba kotor yang Ditangguhkan $ 20.000
|
Diterima uang muka $10.000 dan wesel $
40.000
|
Kas $ 10.000
Wesel $ 40.000
Piutang $ 50.000
|
Kas $ 10.000
Wesel $ 40.000
Piutang $
50.000
|
Dibayar biaya penjualan $ 1.500
|
Biaya penjualan $ 1.500
Kas $
1.500
|
Biaya penjualan $ 1.500
Kas $ 1.500
|
31 Desember1986
Menyesuaikan perkiraan untuk:
1.
Bunga yang masih harus diterima atas wesel untuk 3 bulan $1.200
2.
Pelaporan laba kotor yang direalisasi
|
Piutang bunga $ 1.200
Pendapatan bunga 1.200
|
Piutang bunga 1.200
Pendapatan bunga 1.200
Laba kotor yang
Ditangguhkan 4.000
Laba kotor yang
Direalisasi 4.000
|
Menutup perkiraan nominal
|
Keuntungaatas
Penjualan 20.000
Pendapatan
Bunga 1.200
Biayapenjualan 1.500
Ikhtisar laba
rugi 19.700
|
Labakotor yang
Direalisasi 4.000
Pendapatan
Bunga 1.200
Biayapenjualan 1.500
Ikhtisarlabarugi 3.700
|
1 Januari1987
Jurnal pembalik
bunga yang masih harus diterima pada tanggal
31 desember1986
|
Pendapatan bunga 1.200
Piutang bunga 1.200
|
Pendapatan
Bunga 1.200
Piutang bunga 1.200
|
1 April 1987
Diterima cicilan
semester atas wesel
$2.000 dan bunga atas wesel 6 bulan
|
Kas 4.400
Wesel 2.000
Pendapatan bunga 2.400
|
Kas 4.400
Wesel 2.000
Pendapatan bunga 2.400
|
1 Oktober1987
Diterima cicilan
semester atas wesel
$ 2.000 dan bunga
atas wesel 6 bulan
|
Kas 4.280
Wesel 2.000
Pendapatan bunga 2.280
|
Kas 4.280
Wesel 2.000
Pendapatan bunga 2.280
|
31
Desember1987 Menyesuaikan perkiraan untuk:
1.
Bunga yang
masih harus diterima atas
wesel untuk 3 bulan $ 1.080
2.
Pelaporan laba kotor yang direalisasi
|
Piutangbunga 1.080
Pendapatanbunga 1.080
|
Piutangbunga 1.080
Pendapatan bunga 1.080 Laba
kotor yang Ditangguhkan 1.600
Laba kotor yang
Direalisasi 1,600
|
Menutup perkiraan nominal
|
Pendapatan
bunga 4.560 Ikhtisar laba rugi 4.560
|
Laba kotor yang
Direalisasi 1.600
Pendapatan bunga 4.560 Ikhtisar laba rugi 6.160
|
B. Penjualan Barang Dagangan Berdasarkan Cicilan
Asumsikan bahwa neraca untuk Kelton Sales Co pada tanggal 1 Januari
1987 adalah sebagai berikut:
Kas $ 25.000
Persediaan barang dagangan $ 100.000
Piutang usaha(biasa)……………..................$ 15.000
Piutang usaha cicilan,thn 1976.....................$ 60.000
Piutang usaha cicilan,thn1975……...............$ 20.000
Total aktiva $220.000
Hutang usaha $40.000
Laba kotor yang ditangguhkan atas
penjualan cicilan,thn 1976……………......……… $ 22.000
Laba kotor yang ditangguhkan atas
Penjualan cicilan,thn 1975……………………...….$ 7.000
Modal saham $ 100.000
Laba yang
ditangguhkan.................................. $ 50.200
Total kewajiban dan modal........................... $220.000
Penjualan cicilan tahun 1986 dan tahun
1985 dilakukan dengan tingkat laba kotor masing–masing sebesar 38% dan 35%.Pada
tanggal 1 Januari 1987, dengan piutang usaha cicilan tahun 1986 sebesar $60.000
yang masih ada, melaporkan laba kotor yang ditangguhkan sebesar 38% dari jumlah
ini yaknisebesar $22.800, dengan piutang usaha cicilan tahun 1985 yang
berjumlah sebesar $20.000, melaporkan laba kotor yang ditangguhkan sebesar 35%
dari jumlah ini atau sebesar $7.000. Transaksi dan ayat jurnalnya sebagai
berikut :
Transaksi
|
Ayat Jurnal
|
1 Januari-31 Desember
(1) Penjualan biasa, yang terdiri dari
penjualn per kas (tunai) $250.000, dan penjualan dengan kredit
$200.000; penjulan cicilan sebesar $150.000
|
Kas......................................... $ 250.000
Piutang Usaha
(biasa).... $200.000
Penjualan Biasa............ $450.000
Piutang usaha cicilan 1982 $150.000
Penjualan Cicilan........ $ 150.000
|
(2) Penerimaan barang dagangan dengan kredit
sebesar
$425.000
|
Pembelian................... $425.000
Hutang Usaha.................. $425,000
|
(3) Penerimaan tambahan dari penjualan per kas dan
dari sumber sebagai berikut :
Piutang usaha
Biasa....................... $ 190.000
Piutang Usaha Cicilan
1987............... 80.000
Piutang Usaha Cicilan
1986............... 40.000
Piutang Usaha Cicilan
1985............... 15.000
|
Kas.................................. $325.000
Piutang Usaha
Biasa $190.000
Piutang Usaha Cicilan, 1987…. $
80.000 Piutang Usaha Cicilan, 1986…. $ 40.000 Piutang Usaha Cicilan, 1985…. $
15.000
|
(4) Pembayaran Untuk :
Hutang usaha $435.000
Potongan yang diambil (5.000)
$430.000 Biaya Operasi $120.000
|
Hutang Usaha................. $435.000
Biaya Operasi................. $120.000
Potongan Pembelian..…..…. $ 5.000
Kas............................................. $550.000
|
Penyesuaian dan Penutupan per 31 Des
(5) Untuk
mencatat harga pokok barang yang berkaitan denga penjualan cicilan $90.000
|
Harga pokok penjualan cicilan $ 90.000
Pengiriman Atas Penjualan
cicilan…$ 90.000
|
(6) Untuk menutup perkiraan penjualan cicilan dan
untuk mencatat laba kotor atas penjualan cicilan untuk tahun itu, $60.000
(40% dari penjualan cicilan)
|
Penjualan cicilan...................... $ 150.000
Harga pokok penjualan cicilan$ 90.000 Laba kotor
yang ditangguhkan
atas penjualan cicilan tahun 1987... $ 60.000
|
(7) Untuk mencatat laba kotor yang direalisasi
sebagai akibat dari penagihan atas
piutang usaha cicilan tahun 1987, 1986 dan 1985 sebagai berikut :
Piutang usaha
cicilan tahun 1987,
40 % dari $80.000...................... $32.000
Piutang usaha
cicilan tahun 1986,
38 % dari $40.000...................... $15.200
Piutang usaha
cicilan tahun 1985,
35 % dari
$15.000……...……. $ 5.250
|
Laba
kotor yang ditangguhkan atas penjualan cicilan, tahun1987$32.000
Laba kotor yang ditangguhkan atas penjualan cicilan,
tahun1986......................... $15.200
Laba kotor yang ditangguhkan atas penjualan cicilan,
tahun1985....................... $5.250
Laba kotor yang direalisasi atas penjualan cicilan, tahun 1985-1987..... $52.450
|
(8) Untuk menutup perkiraan persediaan awal,
pembelian, potongan pembelian, den pengiriman penjualan cicilan kedalam
ikhtisar Rugi-laba, yang dengan demikian, mengikhtisarkan barang-batang yang
tersedia untuk penjualan biasa ($430.000)
|
Ikhtisar rugi laba.... $430.000 Pengirman penjualan
cicilan.$90.000 Potongan pembelian $5.000
Persediaan barang dagangan
1 Januari 1987.............................. $100.000
Pembelian... $425.000
|
(9) Untuk mencatat persediaan akhir yang dengan
demikian, mengikhtisarkan harga pokok barang yang berkaitan
dengan penjualan biasa
($310.000)
|
Persediaan barang dagangan
31 Desember 1987..... $120.000
Ikhtisar Rugi
Laba.... $120.000
|
(10) Untuk menutup
penjualan biasa kedalam Ikhtisar Rugi-
Laba yang dengan
demikian, mengikhtisarkan laba kotor atas penjualan ($140.000)
|
Penjualan (biasa)..... $450.000
Ikhtisar Rugi
Laba..... $450.000
|
(11) Untuk menutup laba kotor yang direalisasikan
atas penjualan cicilan tahun berjalan dan tahun-tahun sebelumnya kedalam
ikhtisar Rugi-Laba yang dengan
demikian
mengikhtisarkan laba kotor ($192.450)
|
Laba
kotor yang direalisasi atas penjualan cicilan
Tahun 1985-1987.... $ 52.450
Ikhtisar rugi
laba..... $52.450
|
(12) Untuk menutup biaya operasional kedalam
ikhtisar rugi- laba yang dengan demikian mengikhtisarkan laba bersih
sebelum pajak penghasilan
($72.450)
|
Ikhtisar rugi
laba........ $120.000
Biaya operasi..... $120.000
|
(13) Untuk mencatat hutang pajak penghasilan yang
diperlukan sebesar 40% dari laba bersih sebelum pajak
$72.460, atau sebesar $28.980
|
Pajak penghasilan... $28.980
Hutang Pajak
penghasilan... $28.980
|
(14) Untuk menutup biaya
pajakl kedalam ikhtisar rugi-laba
yang dengan
demikian mengikhtisarkan laba bersih ($43.470)
|
Ikhtisar rugi
laba.... $28.980
Pajak penghasilan........... $28.980
|
(15) Untuk memindahkan laba bersih dan laba yang
ditahan
($43.470)
|
Ikhtisar rugi
laba.... $43.470
Laba yang ditahan......... $43.470
|
C. Prosedur Alternatif Untuk Menghitung Laba Kotor Yang Direalisasi
Laba kotor yang direalisasi dapat
ditentukan dengan jalan menghitung jumlah laba kotor yang ditangguhkan pada
akhir periode dan mengurangkan perkiraan laba kotor yang ditangguhkan dari
saldo ini. Dengan menggunakan data – data untuk Kenton Sales Co dimuka,
prosedur ini ditempuh sebagai berikut:
|
Tahun 1987
|
Tahun 1986
|
Tahun 1985
|
Saldo laba kotor yang ditangguhkan sebelum penyesuaian..................................................................
Laba
kotor yang ditangguhkanpada akhir tahun 1987: Atas piutang usaha cicilan
tahun 1987,
40% dari saldo yang
tak-tertagih
$70.000.........................................................................
Atas
piutang usaha cicilan tahun 1986,38% dari saldo yang tak-tertagih $20.000 ................................................
Atas
piutang usaha cicilan tahun 1985,35% dari saldo yang tak tertagih $5.000...................................................
|
$ 60.000
$ 28.000
|
$ 22.800
$ 7.600
|
$ 7.000
$ 1.750
|
Pengurangan dalam saldo laba kotor yang ditangguhkan
pada akhir tahun 1987-laba kotor yang direalisasi sebagai akibat dari
penagihan selama thn 1987............................
|
$32.000
|
$15.200
|
$
5.250
|
D. Penggunaan Buku Harian Khusus Pada Pencatatan Penjualan Cicilan
Transaksi penjualan dan kas biasanya
dicatat dalam buku harian khusus Buku harian khusus penjualan memuat kolom –
kolom khusus untuk penjualan per kas, penjualan biasa dengan kredit, dan penjualan
cicilan.
Buku harian penerimaan kas memuat sebuah
kolom untuk penagihan atas piutang usaha dan juga kolom – kolom khusus untuk
penagihan atas piutang usaha cicilan, untuk periode berjalan (periode sekarang)
dan periode sebelumnya.
Apabila laba kotor harus ditentukan
menurut departemen, maka buku harian khusus dapat dimaksudkan sebagai
pengelompokkan lebih lanjut dari penjualan, harga pokok penjualan, dan piutang
usaha cicilan serta penagihan oleh masing – masing departemen.
E. Penetapan Umur Piutang Dalam Akuntansi Dengan Metode Cicilan
Dalam ilustrasi,perkiraan diselenggarakan
baik untuk piutang usaha cicilan maupun untuk laba kotor yang ditangguhkan
menurut tahun; penagihan dikaitkan dengan piutang usaha yang dikelompokkan
menurut tanggal penjualan semula. Jika menggunakan sebuah perkiraan total laba
kotor yang ditangguhkan dalam sebuah perkiraan tunggal, maka kita perlu
menganalis dan mengelompokkan laba kotor yang tepat dapat ditetapkan pada total
piutang usaha menurut tahun untuk menetapkan saldo laba kotor yang ditangguhkan.
F. Penyusunan Laporan Keuangan Pada Penggunaan Metode Cicilan
Neraca dari perusahaan yang melakukan
penjualan cicilan mencakup piutang usaha cicilan dan saldo laba kotor yang
ditangguhkan atas penjualan cicilan. Apabila aktiva lancar yang dipegang
mencakup sumber daya yang layak diharapkan dapat direalisasi menjadi uang kas
atau dijual atau dikonsumsi selama siklus operasi normal perusahaan”, maka
piutang usaha cicilan memenuhi syarat untuk dicantumkan sebagai piutang lancar.
Dalam melaporkan piutang usaha cicilan sebagai piutang lancer
pengungkapan
tanggal jatuh tempo kontrak penjualan cicilan akan
memberikan penilaian dan gambaran yang lebih baik kepada para pembaca neraca
mengenai posisi keuangan perusahaan; tanggal jatuh tempo harus diungkapkan
dalam tanda kurung atau pun dalam catatan kaki, atau dapat kita cantumkan
menurut tanggal jatuh tempo tahunan.
Berkaitan dengan pengelompokkan yang tepat
atas saldo laba kotor yang ditangguhkan dalam neraca, maka saldo harus
dilaporkan sebagai berikut :
(1)
Sebuah pos kewajiban yang harus
dimasukkan di bawah judul pendapatan yang ditangguhkan.
(2)
Sebuah
perkiraan penilaian aktiva yang harus dikurangkan dari piutang usaha cicilan.
(3)
Sebuah pos modal yang harus
dimasukkan sebagai bagian dari laba yang ditahan.
Pendekatan yang menyatakan pengelopmpokkan kembali laba kotor yang ditangguhkan
kedalam tiga elemen yaitu :
1. Penyisihan
untuk beban yang kontinu, yang masih dalam penagihan piutang usaha cicilan yang
meliputi beban-beban yang timbul dari ketidakmapuan membayar dan pemilikan
kembali. Penyisihan ini akan dikurangkan dari saldo piutang usaha cicilan.
2. Kewajiban
pajak penghasilan atas bagian dari laba kotor yang belum ditetapkan dalam SPT
pajak. Kewajiban pajak penghasilan ini tidak akan diakrualkan, karena jumlah
ini akan menjadi jumlah yang harus dibayar hanya apabila piutang usaha cicilan
itu direalisasikan menjadi uang kas dalam periode berikutnya.
3. Saldo
yang menyatakan laba bersih, yang ditetapkan pada kontrak penjualan cicilan.
Jumlah ini dapat dilaporkan sebagaisaldo laba yang ditahan, yang tidak harus
digunakan sebagai dasar untuk dividen sampai piutang usaha cicilan (ditagih dan
diterima).
Neraca perhitungan rugi-laba, dan
skedul yang memberikan analisis laba kotor atas penjualan cicilan untuk
perusahaan Kelton Sales Co, yang disusun pada akhir tahun 1987 diperlihatkan
sebagai berikut:
Kelton Salos Co Neraca
31 Desember 1987
Aktiva
|
Kewajiban dan Modal Pemegang Saham
|
Aktiva Lancar :
|
Kewajiban
|
Kas.................................................... $50.000
|
Kewajiban Lancar:
|
Piutang Usaha(biasa)..................... $25.000
|
Hutang usaha . . $30.000
|
Piutang usaha cicilan :
|
Hutang Pajak
|
1987. . . . . . . . $70.000
|
Penghasilan . . $28.980 $59.980
|
1986. . . . . . . . $20.000
|
Pendapatan yang ditangguhkan:
|
1985. . . . . . .
. $
5.000 $ 95.000
|
Laba kotor yang
ditangguhkan
|
Persediaan Barang
Dagangan $120.000
|
atas penjualan cicilan:
|
|
1987 . . . . $28.000
|
|
1986 . . . . $ 7.600
|
|
1985 . . . . $ 1.750 $
37.350
|
|
Total Kewajiban................................ $ 96.330
|
|
Modal Pemegang Saham
|
|
Modal saham . . . . . $100.000
|
|
Laba yang ditahan:
|
|
Salado 1 Januari $50.200
|
|
Ditambah laba
|
|
bersih untuk
|
|
tahun 1987 . . . $43.470 $ 93.670
|
|
Total pemegang
saham . . . .
$193.670
|
|
Total kewajiban dan modal
|
Total Aktiva......................................... $290.000
|
pemegang saham . .
. . . . . . . $ 290.000
|
Kelton Sales Co.
Perhitungan Rugi-Laba
Untuk Tahun Yang Berkhir Per 31 Desember 1987
|
Penjualan
cicilan
|
Penjualan
Biasa
|
Total
|
Penjualan
Harga Pokok Penjualan: Persediaan barang dagangan,
1 Januari 1987.............................................. $100.000
Pembelian................................... $425.000
Dikurangi
potongan pembelian$ 5.000 $420.000 Barang dagangan yang tersedia
untuk dijual................................................... $ 520.000
Dikurangi persediaan
barang dagangan
31 Desember
1987....................................... $ 120.000
|
$150.000
$ 90.000
|
$450.000
$
310.000
|
$ 60.000
$
400.000
|
Laba kotor
|
$60.000
|
$140.000
|
$200.000
|
Dikurangi laba kotor yang ditangguhkan atas
penjualan
|
|
|
|
cicilan tahun 1987
|
$ 28.000
|
|
$ 28.000
|
Laba kotor yang direalisai atas penjualan
tahun
|
|
|
|
berjalan
|
$32.000
|
$140.000
|
$172.000
|
Ditambah laba kotor yang
direalisasi atas penjualan
|
|
|
|
ciclan tahuin sebeulmnya
|
|
|
$20.450
|
Total laba kotor yang direalisasi
|
|
|
$192.450
|
Biaya Operasi
|
|
|
$120.000
|
Laba sebelum pajak penghasilan
|
|
|
$72.450
|
Pajak penghasilan
|
|
|
$28.980
|
Laba bersih
|
|
|
$43.470
|
Kelton Sales Co.
Analisis Laba Kotor Atas
Penjualan Cicilan Skedul Untuk Mendukung Perhitungan Rugi-Laba
Tingakt laba kotor atas penjualan cicilan tahun
1987:
Laba kotor $60.000:
Penjualan cicilan $150.000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40%
Laba kotor yang ditangguhkan
atas penjualan cicilan tahun 1987:
Piutang usaha cicilan $150.000, dikurangi
penagihan $80.000
sama dengan $70.000 x 40%....................................................................................................... $28.000
Laba kotor yang direalisasi
1987
|
|
1986
|
|
1985
|
Penagihan atas
piutang usaha cicilan.................. $80.000
|
|
$40.000
|
|
$15.000
|
Presentase laba
kotor atas penjualan cicilan . . . 40%
|
|
38%
|
|
35%
|
Laba kotor yang direalisasi.................................... $32.000
|
|
$15.200
|
|
$
5.250
|
G. Penjualan Cicilan dengan Tukar-Tambah (Trade-In)
Asumsikan bahwa barang tertentu dengan harga pokok sebesar $675 dijual
seharga
$1.000. Sebuah barang bekas-pakai diterima sebagai uang
muka, dengan nilai tukar tambah sebesar $300. Perusahaan memperkirakan biaya
perbaikan barang bekas-pakai ini sebesar $20 dan harga jual setelah diperbaiki
sebesar $275. Perusahaan biasanya mengharapkan laba kotor sebesar 20% atas
penjualan barang bakas pakai.Nilai barang tukar-tambah dan jumlah nilai
tukar-lebih dihitung sebagai berikut:
Jumlah yg ditetapkan atas tukar-tambah………………………………. $300 Nilai barang tukar-tambah:
Nilai penjualannya........................................................ $275
Dikurangi: biaya perbaikan…...................... $20
Laba kotor yg
direalisasi atas penjualan
kembali, 20% dari $275 $55 $75 $200 Nilai tukar-lebih................................................................................................................................... $100
Penjualan cicilan tuka-tambah dapat kita catat sebagai berikut: Barang dagangan
tukat-tambah…................................................... $200
Nilai Tukar-lebih atas penjualan cicilan dengan tukar
tambah………………………………………… $100 Piutang usaha cicilan,tahun 1987…........................................................... $700
Penjualan cicilan…................................................................. $1.000
Harga pokok penjualan cicilan…...................................... $
675
Barang dagangan baru............................................................ $
675
Persentase
harga pokok atas penjualan cicilan dihitung sbb:
Harga pokok $675; penjualan bersih
$1.000, dikurangi nilai tukar-lebih $100, atau $900; persentase harga pokok
675/900, atau sebesar 75%. Laba kotor atas penjualan cicilan, dengan demikian
adalah sebesar 25%, dan 25% dari $200(uang muka atas penjualan).
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada 2 pendekatan yang diambil pada
penetapan laba kotor atau penjualan cicilan yaitu; laba kotor dapat dikaitkan
dengan periode penjualan yang terjadi, laba kotor dapat dikaitkan dengan
periode penagihan per kas atau kontrak cicilan.
Persetujuan untuk pembayaran bunga berkala
pada umumnya mengambil salah satu dari bentuk, yaitu; bunga dihitung atas saldo
pokok yang terhutang antara periode cicilan, bunga yang dihitung dengan cara
ini kadang – kadang disebut bunga jangka panjang( long- end interest ), bunga dihitung
atas masing – masing cicilan yng harus dibayar, dari tanggal kontrak penjualan
cicilan ditandatangani sampai tanggal pembayarn cicilan, bunga yang dihitung
dengan cara ini disebut bunga jangka pendek ( short-end interest ), pembayaran
berkala dalam jumlah yang sama dan menyatakan bunga atas saldo pokok yang
terhutang antara periode cicilan, sisanya merupakan pengurangan dalam saldo
pokok, bunga sepanjang periode pembayaran dihitung atas pokok semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar